Dialog Aktual RRI Tuban bersama BMKG dan BPBD Tuban mengangkat tema “Kesiapan Menghadapi Cuaca Ekstrem dan Bencana Alam di Kabupaten Tuban”
Tuban, Rabu (8/2) – Pada hari ini Kepala BMKG Tuban, Zem Irianto Padama, S.Si, M.M, berkesempatan melakukan dialog aktual bersama Kalaksa BPBD Tuban, Drs. Darmaji M.M, yang disiarkan on air oleh RRI Tuban membahas tentang kesiapan dalam menghadapi cuaca ekstrem dan bencana alam di kabupaten Tuban.
Kalaksa BPBD Tuban, menyampaikan ada 12 potensi ancaman bencana yang dikategorikan berdasarkan frekuensi menjadi sering, kadang-kadang dan baru berupa ancaman. Banjir bandang menjadi ancaman bencana yang meningkat dengan kejadian terparah pada tahun 2022 yang lalu terjadi sebanyak 3 kali di Kerek, Parengan dan Kenduruan. Penanggulangan bencana tidak lepas dari siklus bencana itu sendiri, seperti untuk kejadian banjir bandang pada saat kejadian akan dilakukan evakuasi pada masyarakat yang terdampak, sedangkan untuk antisipasi sebelum kejadian perlu penanganan di daerah hulu dan hilir sungai, untuk bagian hulu dengan mengembalikan kondisi hutan-hutan yang gundul agar sesuai fungsinya dan di bagian hilir dengan perbaikan infrastruktur serta pembuatan sumur resapan dan tempat penampungan air.
Kepala BMKG Tuban, juga menyampaikan ragam bencana hidrometeorologi selain banjir bandang berupa genangan, banjir rob, angin kencang dan puting beliung, tanah longsor dan hujan es. Banjir rob dan banjir bandang merupakan bencana yang lebih sering terjadi sehinga perlu diwaspadai. Untuk angin kencang dan puting beliung juga harus menjadi perhatian karena sering terjadi apalagi pada musim peralihan. Cuaca dikatakan ekstrem apabila sudah melewati kondisi normalnya seperti jika curah hujan sudah lebih dari 20 mm/jam atau 50 mm/hari sedangkan untuk angin kecepatannya lebih dari 25 knot.
Darmaji menambahkan, dalam kurun waktu setahun di tahun 2022 telah terjadi puting beliung dan angin kencang sebanyak 66 kali, pohon tumbang 107 kali, banjir rob 83 kali dan tanah longsor 35 kali khususnya di daerah bantaran sungai. Selain itu Januari hingga Februari ini memang diprediksi menjadi puncak musim hujan, apalagi dengan aktifnya MJO dan Gelombang Rossby serta gangguan fenomena cuaca berupa daerah Tekanan Rendah di barat Australia sehingga terbentuk daerah konvergensi di wilayah Jawa Timur memiliki pengaruh besar dalam peningkatan awan-awan hujan yang dapat menyebabkan bencana, imbuh Zem.
Kepala BMKG dan BPBD menghimbau kepada masyarakat untuk lebih peduli terhadap ancaman bencana, dan juga harus bisa mandiri. BPBD bersama Pemda tuban sudah menggalakkan pembentukan Desa Tanggap Bencana (DESTANA) guna menanggulangi resiko bencana. BMKG setiap harinya selalu meng-update informasi cuaca dan peringatan dini cuaca guna menginfokan perkembangan cuaca yang dapat berdampak terjadinya cuaca ekstrem maupun bencana alam. Untuk itu kepada masyarakat diharapkan dapat selalu mengikuti informasi perkembangan cuaca yang disebarkan dan ikut andil dalam penanggulangan bencana secara mandiri.