TALKSHOW Pradya Suara FM : Waspada Bencana Hidrometeorologi di Kabupaten Tuban
Hujan lebat yang melanda Kabupaten Tuban pada tanggal 10 Maret 2022 menjadi salah satu faktor penyebab banjir bandang yang melanda Kecamatan Kerek. Peristiwa tersebut telah menyebabkan satu buah tanggul jebol. Selain itu, laporan dari BPBD Tuban menyebutkan bahwa 1 orang meninggal dunia , 6 desa terdampak serta satu mobil minibus terseret arus banjir hingga masuk ke sungai.
Menanggapi peristiwa tersebut, Radio Pradya Suara Tuban pada tanggal 14 Maret 2022 mengundang Kepala Pelaksana BPBD Tuban yaitu Bapak Sudarmaji serta dari pihak BMKG yaitu Prakirawan Cuaca Nursyamsi untuk membahas langsung terkait bencana hidrometeorologi berupa banjir bandang yang melanda Kabupaten Tuban.
Prakirawan cuaca Nusyamsi mengatakan bahwa hujan lebat tersebut terjadi akibat cuaca buruk di periode peralihan atau pancaroba. Berdasarkan data normalnya, Kabupaten Tuban telah memasuki musim pancaroba sejak maret hingga april. Penyebab utama cuaca buruk pada masa pancaroba adalah posisi matahari bersamaan dengan ITCZ ( Inter tropical convergenze zone) tepat berada di atas Pulau Jawa. Pergerakan matahari dari utara ke selatan akan menggeser pusat konveksi yang menyebabkan penguapan terjadi lebih banyak dari biasanya. Selain itu, posisi ITCZ ( Inter tropical convergenze zone) atau disebut pertemuan massa udara dari Asia dan Australia yang membawa banyak uap air menyebakan banyak awan konveksi penyebab hujan lebat tumbuh di sekitar wilayah ITCZ tersebut. Sehingga tidak mengherankan bahwa beberapa hari ini kejadian hujan lebat terjadi di pulau jawa khususnya wilayah Tuban. Berdasarkan analisis atmosfer, BMKG telah menyebarkan peringatan dini 3 harian, 1 harian serta peringatan dini hujan lebat real time sebelum hujan lebat ini terjadi.
Dari perspektif Kepala Pelaksana BPBD Tuban, hujan lebat bukan merupakan satu-satunya faktor penyebab. Tetapi kondisi lingkungan serta kesadaran masyarakat akan bencana yang mengancam belum sepenuhnya disadari. Informasi peringatan dini dari BMKG tidak jarang diacukan oleh masyarakat. Padahal usaha pengurangan risiko bencana membutuhkan dukungan dari berbagai pihak dan yang paling utama adalah masyarakat. BPBD sendiri telah melakukan program DESTANA (Desa Tanggap bencana) yang berisi relawan kebencanaan yang tersebar di berbagai desa, harapannya informasi peringatan dini dari BMKG dapat diterima oleh para relawan dan menyebarkannya ke masyarakat yang tidak dapat mengakses informasi.
Kondisi lingkungan yang dimaksud oleh Kalaksa BPBD Tuban sebagai faktor penyebab banjir bandang adalah kesalahan pola tanam yang dilakukan oleh petani di dataran tinggi. Bisa dibayangkan seperti apa dampaknya jika di wilayah jurang ditanami tanaman yang akarnya tidak kuat, potensi longsor serta banjir akan meningkat sebab serapan air berkurang. Seharusnya disisihkan lahan untuk tanaman keras dengan akar kuat yang dapat mencegah longsor serta banjir.
Di akhir perbincangan, prakirawan BMKG Tuban tetap memberi peringatan dini sebab kejadian cuaca buruk berpotensi terjadi hingga akhir April, BMKG juga mengakui bahwa masih berupaya bagaimana agar informasi peringatan dini sampai ke tingkatan desa. Kalaksa BPBD Tuban menutup perbincangan dengan mengajak masyarakat menjaga alam untuk mengurangi potensi bencana. Jika bencana sudah terjadi, mari bergotong royong dari setiap sumber untuk menanggulanginya.